Dear Galuh,
Mungkin tulisan ini sedikit alay, atau drama, seperti
kata-kata yang selalu kamu bilang setiap kali aku bertindak bodoh atau berpikir
aneh sendiri. Haha
Tapi kamu harus tau untuk menjalani hubungan jarak jauh dalam
selang waktu bertahun-tahun dengan krisis rasa percaya, tidak akan pernah mudah
bagi wanita. Apalagi untuk saya, anak bungsu manja yang terbiasa disediakan,
kalau kata mama si anak instan yang tidak mau susah. *gayamu mon
Sebenarnya, tidak ada rencana untuk menulis ini. Tapi, saya senang akhirnya kamu terbang ke Papua ke tempat
mimpimu bermula. Selama hampir 3 tahun menjalani hubungan berjarak ini, setiap
mimpi yang kamu sebut, meskipun sesumbar tapi selalu kubawa di setiap doa yang
ku panjatkan.
Ketika Ishipmu selesai dulu, aku Cuma bisa berharap semoga bisa
ketemu lagi,entah cara Tuhan seperti apa mempertemukan kita lagi, kamu bercerita
tentang rencanamu ke depan, dalam bimbang antara ke perusahaan, RS, bikin
klinik sendiri atau tambang. Saking bodohnya ga bisa tanggapi kamu, saya
bertanya ke sepupu saya yang ditambang soal lowongan untukmu, tapi katanya
lebih baik PTT dulu biar ilmunya berkembang dengan kasus yang banyak, biar bisa
terlatih berbicara di depan masyarakat segala umur, dan sepertinya keputusanmu
Tuhan berkati, untuk PTT dulu.
Semasa PTT, ini waktu paling galau menurutku untuk kamu dan
kita. Bagaimana kamu akhirnya merasa kecewa dengan permainan politik disana,
yang akhirnya kamu dikorbankan, sampai kamu sabar dan menerima setahun mengabdi
disana. Aku mencoba menguatkan, mungkin Tuhan lagi menguji kesabaranmu, dan
control emosimu, diawal kamu PTT dulu. Dan benar adanya, kamu mengeluh tiap
hari soal lingkunganmu yang membuatmu tidak nyaman, entah SDMnya, fasilitasnya
dan banyak lagi. Dan semasa PTT setahun di tempat gak enak itu, hubungan kita
juga sempat renggang, belum lagi pikiranmu ke adekmu, masa itu kalau aku ingat
lagi mungkin memang masa peremukkan yang Tuhan sediakan untuk dilewati setiap
org percaya. Tidak akan pernah mudah.
Tanpa terasa setahun berlalu, kabar baik mulai perlahan datang.
Kamu pindah ke tempat baru, tempat yang lebih layak, dan sesuai dengan awal
rencanamu kesana, “yang ada perawatannya” katamu waktu itu. Tuhan memang baik
asal kita mau sabar dan mengikuti hikmatnya.
Namun, kamu masih belum puas dengan apa yang kamu dapatkan. Mulai
berpikir untuk hengkang secepatnya dari sana, karena kamu masih belum cocok
dengan system kerja dan pemerintahannya.
Sempat kamu cerita mau ke ntt,atau sorong. Bahkan lamaranmu sudah sampai kesana
dengan kiriman kilat itu. Tapi jujur aku kurang setuju kalau kamu pindah dengan
status yang sama PTT.
Setiap kamu bercerita keinginanmu untuk pindah, setelah tutup
telpon saya khusuk membawanya dalam doa, semoga kamu diberi jalan untuk masa
depanmu,dan maaf dengan jujur saya bilang ke Tuhan “tidak usah PTT lagi Tuhan.
Namun sesuatu yang lebih baik dari itu, biar Galuh naik kelas.” Dan saat kamu
bilang ada teman yang kerja di Freeport, tempat yang dari awal aku tau menjadi
iceran kamu, aku senang dan berharap semoga ada jalan ksana. Namun satu hal
Tuhan bekerja sangat luarbiasa untuk membuatmu menjadi manusia yang bermanfaat
dan membuat pribadimu bertumbuh. Kamu harus sadari itu dan bersyukur untuk
setiap waktu yang ada, tidak akan sia-sia.
Akhirnya hari ini tiba, kamu dijemput pesawat yang akan
membawamu ke tempat mimpimu bermula, tempat yang menjadi cita-citamu. Terakhir
kamu telpon sebelum flight, dengan ketawaku yang bahagia, akhirnya bisa
menemanimu memegang mimpi awalmu. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan, semoga
disana kamu selalu dilindungi dan diberi hikmat olehnya untuk melakukan
perbuatan yang baik, dan bermanfaat bagi sesama. Jangan cemari Bait Allah yah mas, karena
tubuhmu adalah Bait Allah. Seperti kata di profil Instagramu, jadilah garam dan
terang bagi sekitar. Amin. Kamu bisa seperti itu.
Selamat mas, semangat bekerja di tempat yang baru, tempat
mimpimu bermula, semoga secepatnya mimpi menjadi dokter ahli bisa kamu genggam.
Carilah hikmat dan selalu mengucap syukur.
Tuhan melihat setiap usaha dan kerja kerasmu, tidak ada yang sia-sia
bagi hikmat dan kemuliaan Tuhan. GBU
*cuma bermaksud flashback kisah kamu, supaya lebih bersyukur yah mas, percaya sama Tuhan.