RAMMA’ KEINDAHAN ALAM DAN JAWABAN GELISAH HATI
“
Disini kuberdiskusi dengan alam yang lirih kenapa matahari terbit menghangati
bumi…disini kuberdiskusi dengan alam yang lirih kenapa indah pelangi tak
berujung sampai kebumi..cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan yang
takkan pernah kutahu dimana jawaban itu,,bagai letusan merapi bangunkanku dari
mimpi sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati…terangi dengan
cinta digelapku ketakutan melumpuhkanku..terangi dengan cinta disesatku dimana
jawaban itu ” – CAHAYA BULAN- Original Soundtrack film SOE HOK GIE
Menulis
sambil mendengar lagu cahaya bulan dan mengisahkan kembali cerita indah yang
terjadi 4 hari yang lalu membuncah kenangan yang tersorot dalam keindahan hutan
..hidup itu menyimak dan kemudian
memaknai sebuah perjalanan panjang yang susah payah ditempuh dan kemudian
dibuat indah dengan tulisan.
Yah
perjalanan panjang menuju lembah RAMMA’ yang sudah tidak asing ditelingaku dan
konon sudah menjadi tempat wisata bagi para anak MAPALA di kota ini..lembah
yang membentang dikaki gunung Bawakaraeng ini sungguh indah, tidak hanya
lembahnya menginjakkan kaki didesa terakhir di Lembanna sungguh tak terlupakan
sesaat kemudian menghantar fantasi menuju kesana kemudian hari.
Lembanna
desa terakhir sebelum mendaki dan mencapai lembah Ramma’ desa yang indah dihuni
oleh masyarakat yang ramah..sebelum mendaki kami menyusuri jalan terakhir
sebelum menanjak. Disamping kanan adalah lahan yang luas tempat bercocok tanam
disamping kiri adalah sekolah..yahh anak sekolah disini ke sekolah tanpa
seragam..ada baiknya juga mengingat seragam adalah sebuah kejanggalan saat
sekolah harus gratis tetapi seragam mereka tak punya.
Anak-anak
sekolah di desa Lembanna begitu antusias untuk ke sekolah dengan wajah yang
riang dan penuh harapan mereka berlari berkelompok menuju sekolah yang letaknya
berada di kaki gunung itu..tawa ceria mereka memberiku semangat untuk
menghilangkan ketakutanku yang baru pertama kali mendaki. Pengalaman pertama
mendaki tentu saja ada sedikit rasa gelisah kalau saja membayangkan pendakian
dan track yang akan dilalui..hehee
mataku
kemudian beralih ke sebelah kanan terlihat hamparan lahan bercocok tanam yang
dihiasi oleh sawi,daun bawang,benih wortel tersusun rapi terhampar luas
dipandanganku sejenak mataku mengambil sudut yang lebih luas lagi betapa indahnya
pemandangan yang tersajikan oleh mataku, hamparan kebun menyatu dengan background pohon pinus yang berdiri
kokoh diatas bukit2.. indahh sekali kemudian kutarik nafasku sedalam2nya dan
betapa segar udara yang ada disana aku tersenyum dan berbisik TERIMA KASIH
TUHAN UNTUK ALAM INDONESIAKU YANG INDAH INI..
Mungjin
jika aku bukan orang Indonesia aku tak dapat melihat pemandangan seperti tadi
dengan orang-orangnya terutama..akhhh Indah sekali tak sedikitpun hatiku
gelisah ataupun merasa ingin pulang ketika berada disana,nyaman,tenang,damai. Penduduk
disana sudah sangat merasakan keberadaan kami para pendaki yang akan ke Ramma'.
Akhh..jadi
kangen mama. mama’/mace adalah panggilan sayang dari anak Mapala kepada
orangtua terkasih kami yang selalu siap sedia rumahnya kami tempati ketika
hendak mendaki esok hari..rumahnya biasa saja terbuat dari papan, katanya
beliau tinggal bersama anaknya disana tapi sayang keramahan mama’ tak menurun
ke anak-anaknya, sampai saat saya pulang tak satupun anak dari mama’ yang bertatap
muka dengan saya..tapi yah sudahlah saya bukan mau menjelekkan orang tapi hanya
mengutarakan isi hati saja.hehhee
Setelah
melewati lahan perkebunan yang indah, bersama tim kami mulai mendaki dengan
mini carel yang begitu asiknya nongkrong dipunggung saya..pasti berat..belum
lagi berat badan saya .seandainya saya tidak latihan fisik selama hampir
sebulan mungkin saya sudah minta pulang padahal baru sampai pos satu…hahahhaha
Mendaki/tracking/hiking…huhhhh
suatu hal betul2 baru untuk saya alhasil saya seperti orang yang betul2 dari
dunia lain..hahha..kaget,capek bercampur senang..untung saja saya selalu punya
semangat..saya selalu berkata dalam hati semangat itu adalah modal utama !!
tanpa semangat saya tidak akan sampai di RAMMA’ hahaha
Ketika
saya mendaki saya berpikir seandainya saya tidak mampu sampai diujung jalan
bagaimana? Bagaimana jika saya hanya bisa sampai di pos 2 dan kemudian pingsan?
Badan saya kan besar mana mungkin saya bisa sampai tujuan jalannya saja masih
jauhh..mendaki pula..haduhhh…
Plokkk..
berhenti menganggap remeh dirimu sendiri !!! itu yang kemudian membakar semangatku lagi.. saya meneruskan langkahku
dengan pasti mengingat jurang yang tidak pernah pindah tempat dari sebelahku..hahaa..
sebentar tidak mengerikan seperti yang dibayangkan jurangnya bersembunyi kok
diantara rindang daun pohon dan rantingnya seakan menemani perjalanan sampai ke
tujuan..samping kiri kanan pohon pinus, tanaman merambat, bunga-bunga dan
siulan burung di udara selaksa menghantar jiwa yang gelisah ini bersorak gembira
untuk keindahan alam yang diberikan Tuhan.
Perjalanan
berlanjut menyusuri lorong yang sempit diantara bau hutan pinus dan bau tanah
basah..akhhh aroma damai yang membuatku tanpa khawatir berjalan terus menyusuri
hutan belantara itu senyum yang selalu terpasang dibibirku manakala bertemu
dengan Bunga-Bunga Liar yang tumbuh
cantik di lorong sempit itu, indah dan memukau yah seperti itulah hakekat manusia
akan terus tumbuh dengan makanan yang tersedia dari alam dengan air hujan yang
memberi minum..Setelah itu bertugas mencari makna, memancarkan keindahan hingga
membuat para pendaki tersenyum ketika melihatnya.. Damai
Selepas
bunga liar, saya membuang pandangan ke Ranting
pohon disepanjang lorong sempit itu alam menyediakan ranting pohon.. stop
beranggapan bahwa ranting pohon itu hanya bergantung lemah tak berdaya pada
pohon, ternyata tidak ! ranting pohon berkali-kali membantu saya untuk mendaki
dengan menggenggamnya tubuhku ditarik keatas.. bisa bayangkan bagaimana kuatnya
ranting pohon menarik 65kg ditambah mini carel yang ada dipunggungku.. mereka
kuat kawan, ternyata mereka tidak selemah yang terpikir selama ini.. dari
ranting pohon saya belajar “ jangan
pandang enteng orang lain dari asumsimu selama ini, sebelum kau mengajaknya
berbicara, sebelum kau mengenalnya lebih dekat” hal ini yang sering terjadi,
tidak terhitung berapa banyak orang yang saya cap dari asumsi-asumsi dangkal
saya selama ini. Ahahha menertawai diri sendiri itu indah.. tentunya untuk
introspeksi diri bukan membuat diri minder..hehee maaf yah.
Berjalan
lagi, setelah ranting pohon saya kemudian menatap kebawah sesaat mata saya
bertemu dengan Akar pohon, setelah
melihat lebih teliti ternyata akar pohon yang berkali-kali membuatku tersandung,
hmm..untung saya punya sebatang kayu untuk berpijak dijadikan tongkat. Tanpa
akar bisakah pohon hidup? Tanpa akar mereka makan dari mana? bahkan seorang
Deelestari menjadikannya judul sebuah novelnya,sayang sekali saya belum
membacanya. Tetapi saya tidak mampu seperti Dee dengan
filosfi akarnya yang pasti hebat.. agak sok tahu jadinya saya..hahaha… ini
tentang akar dan saya.. akar terimakasih kuucapkan padamu telah banyak membantu
para pendaki pun juga telah banyak membuat kami tersandung, jika ranting pohon
membantu menarikku ke atas, maka Akar membantuku berpijak!! Mereka sangat
kuat.. Pohon tanpa akar yang kuat tak akan bisa dijadikan tempat berpijak,
pohon tanpa akar pasti akan tumbang.. berpijak kepada akar membuatku merasa
lebih aman ketimbang berpijak pada batang pohon, saat mendaki ada track yang
dilalui bukan dengan mendaki saja tapi juga memanjat, istimewanya kita
disediakan alam penolong yang kuat untuk menopang tubuhku, bahkan menopang
tubuh 2 orang karena ketika memanjat saya selalu dibantu, hehe.. akarnya besar
seperti batang pohon menjalar di tanah bisa kau bayangkan pohonnya sebesar apa?
Tentang akar saya tak bisa berbicara banyak selain berterima kasih yang banyak
dan mengaguminya sebagai yang kokoh di hutan liar.
Jalan Setapak.
Jalan setapak kecil yang dihiasi daun-daun dikedua sisinya dan akar di
bawahnya.. menyusuri jalan ini menegangkan sekaligus membuat bangga diri
sendiri..kenapa?? karena ternyata saya bisa melangkah dengan pasti di setapak
ini tanpa ragu untuk sampai ke tujuan sambil sesekali melirik jurang yang pun
disediakan alam persis disebelah jalan setapak ini. Jalan kecil yang berliku,
menanjak, berlubang, penuh akar dan ranting, licin. Lengkaplah sudah menandakan
hidup masing-masing orang punya jalannya sendiri dan mungkin jalan hidup saya
seperti jalan setapak yang disediakan alam ini. Berkali-kali saya tersandung
namun hanya sekali saya jatuh tetapi alam menyediakan Akar dan Ranting untuk
membantuku bangkit, jalan setapak yang licin tentu saja harus hati-hati
melangkah, jika tergesa-gesa saya pasti jatuh, jalan setapak berlubang pasang
mata baik-baik perhatikan langkahmu dan awasi kakimu jangan sampai masuk ke
lubang, jalan setapak menanjak mengharuskanku melihat ke atas bukan menengadah
ke langit tetapi memperhatikan jalan yang memang tidak datar atau menurun
tetapi menanjak naik.. ketika capek , saya
hampir menyerah dan pulang tetapi
saya berpikir ketika saya berhenti maka saya tidak akan bisa menanjak, ketika
saya pulang maka yang akan saya lalui penurunan.. akhh saya tidak mau menjadi
pecundang yang menyerah begitu saja pada jalan ini. Saya memutuskan untuk
meneruskan perjalanan capek ini, tentu saja dengan rasa sakit yang mulai terasa
pada kaki saya,”bertahan dan lalui!” pikiran berkata lantang padaku segenap
seluruh tubuh bergerak menanjak membakar semangat yang hampir kalah pada jalan
setapak ini.
Semangat
membakar denyut nadi yang berdetak lebih cepat dari biasanya, memompa jantung
hingga arteri pun tak mampu menahan aliran deras yang begitu cepat lari ke
otak, tak kuasa tubuh menolak aliran semangat itu hingga patuh pada perkataan
otak.
Pikirkan
yang jernih seperti aliran sungai di atas gunung yang mengalir dengan tenang
diantara pepohonan yang saling bersentuhan
suara burung pun berkicau menampilkan harmoni indah yang tak
terbantahkan oleh gendang telinga,..akhh suasana alam Indonesiaku.
Sungai.
Bermetafora dengan sungai mengajak saya untuk selalu saja mengikuti alirannya
penasaran ujung aliran ini akan kemana..berjibaku dengan arus membuat saya
lelah menahan aliran yang tak akan bisa saya bendung.. sungai pegunungan tak
seperti sungai yang ada dikota sungai dikota membuat saya mual ketika melihat
aliran air yang penuh dengan sampah dan membuat saya tak punya sedikitpun niat untuk
main-main kesana. Namun berbeda dengan sungai di gunung, sungai di gunung
terlalu jernih untuk dibandingkan dengan air minum dalam kemasan botol, sungai
di gunung terlalu indah untuk ditandingkan dengan kanal besar yang dibuat
pemerintah..hehh knp kanal?? Hahhaa.. iyaa saya membayangkan kanal buatan
pemerintah Belanda yang ada di Belanda sana, kanalnya sampai menjadi tempat
transportasi.. kalau kanal di Indonesia adalah tempat sampah.. kembali ke
sungai di gunung, airnya yang murni bening dingin, kalau haus tinggal tampung
dalam botol dan langsung diminum.,segerrrrrr..
Setelah
bertemu sungai saya kemudian mendaki tumpukan batu..hmm mungkin lebih tepatnya sedikit
memanjat..hahaa.. melewati tumpukan batu untuk mencapai talung,seperti apa
talung itu? tak sedikitpun terbayang olehku saat mendaki kesana, lagi
konsentrasi mennn.. wong secara yang saya lalui bukan jalanan,disamping kananku
juga bukan kasur jadi kalau jatuh siap-siap menemui ajal bertemu jurang,
makanya konsentrasi penuh melalui jalan itu..setelah mendaki tumpukan batu
akhirnya saya bisa melihat padang rumput yang datar..akkhh saya selamat..hehehe
J
Talung.
“ayoo jalan terus, semangat.. nanti kalau sudah di talung semuanya terbayar”
kata sang kakak senior. Dan saya harus mengakui apa yang tertangkap oleh retina
saya saat itu..bukan Cuma terbayar, tapi apa ya?..speechless..tanpa kata untuk mengungkapkan keindahan talung.. mahakarya Tuhan!! Ciptaan Tuhan memang indah
selalu indah, termasuk Kamu..maka bersyukurlah
Membayangkan
melihat sunrise dari talung dan
menikmati karya penciptaan..terang dan gelap..akhh akan kesana lagi suatu hari nanti
dan berdoa semoga bisa melihat karya agung penciptaan terang oleh sang pencipta
.. rindu gugusan gunung yang berbaris rapi dihiasi cahaya mentari yang memberi
terang dan tak lupa menyapa awan diatas sana..hehee..kalau ada cowo yang ajak
ke talung mau aja yah..dijamin bakalan dapat moment romantis yang tak biasa di atas
sana J
Setelah
yang indah tersaji saya kembali menemui tantangan itulah hidup bukan hanya
merayakan keindahan tetapi menghadapi tantangan..Hello jurang, kali ini bukan
jurang yang berselimut daun dan pepohonan lagi, tetapi jurang yang telanjang!
Track yang akan dihadapi pun tidak seperti jalan setapak yang sebelumnya..jalan
setapak talung betul-betul hanya pas untuk satu orang saja dan berdampingan
erat dengan Jurang yang telanjang.. saya takut sekali saat menuruni jalan itu,
percaya diri saya lenyap digertak jurang yang seperti siap menerkam saya..namun
setelah berlalu dan kembali ke kehidupan nyata justru jurang itu yang
bersemayam dalam pikiran saya, jurang itu memberi banyak pelajaran untuk saya,
jurang telanjang itu seperti ada disitu untuk suatu tujuan..bagiku jalan
setapak talung dan jurang telanjangnya membuatku berhasil memaknai hidup! Membunuh rasa takut, percaya pada diri
sendiri,tahu harus melangkah kemana, perhatikan langkah, fokus pada tujuan dan
berserah diri pada yang empunya alam.
Perjalanan
selalu melelahkan tak pelak membuat sakit namun ketika bisa menghadapi
tantangan dan melaluinya, percaya ada sesuatu yang indah disana..
Alam
mengajariku banyak hal, alam mengajakku melihat hidup, alam membuatku tak
berdaya, alam bersyair begitu romantis padaku.. Alam Indonesiaku aku jatuh
cinta padamu..
Tuhan
terima kasih atas penciptaanmu
Makassar
July 2013
Stella
Miracle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar